KONSEP HERMENEUTIKA FAZLUR RAHMAN DAN IMPILIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI HUKUM ISLAM

Sucipto Sucipto

Abstract


Abstrak: Abad ke-19 merupakan awal kegelisahan akademik dan kebangkitan di dunia Islam. Keinginan untuk bangkit yang sering disebut dengan ledakan modernitas ini ditandai oleh kesadaran diri dunia Islam atas kelemahannya vis a vis Barat yang elah mengalami kebangkitan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelemahan dan keterbelakangan dunia Islam ini membangkitkan kesadaran diri untuk melakukan introspeksi diri terhadap kesalahan yang mereka lakukan selama ini dan berusaha mengembalikan kejayaan Islam yang pernah diraih pada masa awal Dinasti Abbasiyah yang sering disebut dengan “The Golden Age of Islam”. Fazlur Rahman, sang Neomodernis, adalah salah satu dari sekian pemikir muslim yang sadar akan keadaan tersebut. Dengan pendekatan kritis dan dialektis ia berusaha membangkitkan kembali kejayaan Islam yang pernah diraih. Ia berusaha mendekonstruksi pensakralan tradisi Islam dan merespons tantangan modernitas tanpa larut pada pemikiran Barat. Ia juga mengajukan konsep pembedaan antara Sunnah dan Hadis sebagai metode dalam pengkajian Sunnah Nabi, dan double movement sebagai metode penafsiran Al-Qur’an. Metodologi yang diajukan Raham ini membawa implikasi terhadap eksistensi Hukum Islam, yakni terjadinya rasionalisasi Hukum Islam.

 

Key words: hermeneutika, sunnah, double movement, dan hukum Islam


Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.24042/asas.v4i2.1681

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2012 ASAS



 

ASAS : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah [The ASAS Journal of Sharia Economic Law] is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Copyright © Sharia Economic Law Department, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. e-ISSN 2722-86XX