Salmonella spp: Identifikasinya pada Telur Ayam di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung

Yessy Velina, Haris Budiman, Langen Puspitawati

Abstract


Telur merupakan salah satu sumber protein yang mengandung gizi yang lengkap dan banyak diminati oleh masyarakat karena harganya yang relative terjangkau. Telur dapat berperan sebagai media pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Salmonella spp. Merupakan bakteri yang dapat menginfeksi telur. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit Salmonellosis pada manusia berupa demam tifoid, paratifoid dannon-tifoidataugastroentritis. Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388:2009 menyatakan bahwa Salmonella spp. pada telur segar adalah negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa ada atau tidaknya bakteri Salmonella spp. yang terdapat pada telur ayam yang diproduksi di desa Tegal Sari Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekriptif, dengan uji kultur Salmonella menggunakan media XLDA dan HEA. Sembilan sampel telur yang diidentifikasi dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, yaitu suatu teknik dengan tiga kriteria yaitu telur yang retak, bersih dan kotor, yang diambli dari hasil uji laboratorium Pemeriksaan telur dilakukan di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Balai Veteriner Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sembilan sampel tersebut dinyatakan negatif Salmonella spp. Dengan demikian tidak terdapat kandungan Salmonella spp. pada telur ayam yang dijual ditiga peternakan yang berada didesa Tegal Sari Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung dan telur tersebut dinyatakan bebas Salmonella spp.

Keywords


Salmonela spp. Salmonellosis, Telur, tifoid

Full Text:

PDF

References


Afifah, N. (2014). Uji salmonella-shigella pada telur ayam yang disimpan pada suhu dan waktu yang berbeda. Edu Research, 2(1), 35–46.

ARAB, W. K. T. A., & SAYUDIN, M. (n.d.). Penggunaan Ramuan Herbal Dan Tepung Daun Murbei Terhadap Berat Telur, Tebal Kerabang Dan.

Arisman, M. B., & Kes, M. (2009). Keracunan Makanan Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC.

Ariyanti, T. (2005). Food Safety of Animal Products That Viewed from Disease Aspect. WARTAZOA. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences, 15(4), 187–205.

Bashir, L., Ossai, P. C., Shittu, O. K., Abubakar, A. N., & Caleb, T. (2015). Comparison of the nutritional value of egg yolk and egg albumin from domestic chicken, guinea fowl and hybrid chicken. American Journal of Experimental Agriculture, 6(5), 310–316.

Chusm’ati, S., Budiono, R. N., & Kumijasanfi, R. (n.d.). CAMPURAN IAMU DI KECAMATAN SIDOARJO.

Darmayani, S., Rosanty, A., & Vanduwinata, V. (2017). Identifikasi bakteri Salmonella sp. pada telur yang dijual di pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 5(1), 21–26.

Dewi, A. A. S., Nurlatifah, I., Widdhiasmoro, N. P., Riti, N., & Purnawati, D. (n.d.). Prevalensi Cemaran Mikroba Dan Residu Antibiotika Pada Pangan Asal Hewan (PAH) Di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat Dan Nusa Tenggara Timur Tahun 2013.

Duguid, J. P., & North, R. A. E. (1991). Eggs and Salmonella food-poisoning: an evaluation. Journal of Medical Microbiology, 34(2), 65–72.

Fajar, S. A., Fakhrurrazi, F., & Razali, R. (2018). Isolasi Salmonella Sp Pada Telur Setengah Matang Yang Berasal Dari Warung Kopi Di Alue Naga Banda Aceh (The Isolation Of Salmonella Sp On Half-Cooked Egg From The Alue Naga Banda Aceh Coffe Shop). JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 2(3), 276–282.

Fredrick, W. S., Kumar, V. S., & Ravichandran, S. (2013). Protein analysis of the crab haemolymph collected from the trash. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5(4), 304–308.

Gupte, S., & Julius, P. (1990). Mikrobiologi dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.

Khaq, K. N., & Dewi, L. (2016). Deteksi Cemaran Bakteri Koliform Dan Salmonella sp. pada Tempe yang Dikemas Daun Pisang di Daerah Salatiga. Agric, 28(1), 79–86.

Nasional, B. S. (2009). Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan. SNI, 7388(2009), 67.220.

Nugroho, W. S. (2006). Analisis Tingkat Cemaran Salmonella dan Faktor-faktor Pencemaran pada Telur Ayam Ras di Kabupaten Sleman Yogyakarta. J. Veteriner, 7, 47–53.

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., & Hadioetomo, R. S. (1988). Dasar-dasar mikrobiologi. Universitas Indonesia.

Portillo, F. G. (2000). Molecular and cellular biology of Salmonella pathogenesis in microbial foodborne disease: Mechanisms of pathogenesis and toxin synthesis. Technomic Publishing Company., Inc, 851, 3–7.

Supartika, I. K. E., Wirata, I. K., & Uliantara, I. G. A. J. (2015). Surveilans Penyakit Gangguan Reproduksi di Wilayah Kerja (Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat Dan Nusa Tenggara Timur) Tahun 2015. LAPORAN TEKNIS, 109.

Suryani, R. (2015). Beternak puyuh di pekarangan tanpa bau. Cetakan I. Arcitra. Yogyakarta.

Thiagarajan, D., Saeed, A. M., & Asem, E. K. (1994). Mechanism of transovarian transmission of Salmonella enteritidis in laying hens. Poultry Science, 73(1), 89–98.

Veteriner, B. (2015). Buku Pedoman Metode Uji Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum dalam Daging, Telur dan Susu. Balai Veteriner Lampung. Bandar Lampung.

Yang, B., Qu, D., Zhang, X., Shen, J., Cui, S., Shi, Y., … Meng, J. (2010). Prevalence and characterization of Salmonella serovars in retail meats of marketplace in Shaanxi, China. International Journal of Food Microbiology, 141(1–2), 63–72.




DOI: http://dx.doi.org/10.24042/biosfer.v10i1.4280

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2019 Biosfer: Jurnal Tadris Biologi